Fenomena resistensi kuman terhadap antibiotik yang kian
mengkhawatirkan kembali disuarakan para pakar kesehatan. Resep pengobatan
tradisional seperti teh dan madu dipersiapkan sebagai salah satu solusi
alternatif dalam mengatasi kuman yang semakin kebal terhadap obat-obatan.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan berulang-ulang merupakan penyebab
terbesar suatu jenis bakteri menjadi resisten terhadap obat. Pakar kedokteran
menyebut fenomena yang mengkhawatirkan ini dengan istilah “arms race”.
Ketidakmampuan suatu obat antiobiotik mengatasi bakteri kini menjadi momok
setelah ditemukannya antibiotik pada tahun 1940-an. Kehadiran antibiotik sempat
menjadi solusi yang efektif dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh
bakteri. Namun ketika bakteri sudah menjadi resisten terhadapnya, dibutuhkan
alternatif lain yang dapat membuat pengobatan menjadi kembali efektif.
Prof. Les Baillie, dari Cardiff University Inggris menyatakan, bukan mustahil
dunia akan kembali ke suatu masa dimana belum ditemukan antibiotik, sehingga
pengobatan sejenis penyakit menjadi permasalahan besar.
Oleh karenanya, para ilmuwan kini sedang mengupayakan membuat suatu
sulosi alternatif ketika bakteri sudah menjadi resisten terhadap
antibiotik. Baillie saat ini mengetuai tim riset untuk mencari tahu
apakah obat kuno seperti teh dan madu dapat menjadi cara berikutnya sebagai
obat yang paling efektif mengobati penyakit.
Teh diketahui mengandung suatu senyawa yang dinamakan polifenol yang memiliki
kemampuan membunuh mikroorganisme.
Tim peneliti yang dipimpin Baillie telah menemukan, teh mampu untuk mengobati
penyakit yang disebabkan oleh Clostridium difficile, bakteri yang bertanggung
jawab untuk setidaknya 2.000 orang tewas dan lebih dari 24.000 kasus infeksi
tahun lalu.
Rhidian Morgan-Jones, seorang ahli bedah dari Cardiff, mengatakan bahwa ada
kekhawatiran nyata tentang masa depan dunia kedokteran saat antibiotik tidak
lagi dapat digunakan.
Prof. David Livermore, dari Badan Perlindungan Kesehatan Inggris, bulan lalu
memberi peringatan, operasi besar dan penanganan kanker akan menjadi lebih
berbahaya lagi. Penggunaan antibiotik kemungkinan hanya akan bisa dilakukan
untuk 10 tahun ke depan.
Perkembangan dunia kedokteran modern seperti perawatan intensif dan
transplantasi organ akan berada di bawah ancaman tanpa antiobiotik. Oleh
karenanya, segera dibutuhkan pengganti antibiotik.