Minggu, 27 Maret 2011

GAMBARAN PARTISIPASI IBU YANG MEMPUNYAI BALITA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH RW IV KEL. MULYAHARJA KEC. BOGOR SELATAN KOTA BOGOR BULAN JUNI TAHUN 2010

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan oleh pemerintah, kualitas dan kuantitas dari pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam memberikan pelayanan holistik pada klien dalam rangka memenuhi sasaran yang ingin dicapai.
Pos Pelayanan Terpadu atau Posyandu merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah dimana sasarannya adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat.
Dari data Sekretaris Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat adanya kejadian luar biasa (KLB) pada akhir tahun 2000 seperti penyakit Polio, KEP, Gizi buruk, dan lain – lain yang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia banyak disebabkan karena kurangnya pemberdayaan masyarakat memanfaatkan Posyandu, padahal dari segi APBN-P tahun 2006, untuk anggaran kegiatan Posyandu nasional sebesar 491,6 milyar.
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi aktif, berperan aktif, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya.
Posyandu diperkenalkan pada masyarakat Indonesia sejak tahun 1984, dan dalam perkembangannya Posyandu tumbuh dengan pesat hingga sekitar tahun 1993, namun setelah tahun 1993 Posyandu mengalami penurunan fungsi dan kegiatannya, padahal dalam pembiayaan penyelenggaraan Posyandu tergolong relatif murah, namun dapat menjangkau cakupan target yang lebih luas, sehingga Posyandu merupakan alternatif pelayanan kesehatan yang perlu dipertahankan.
Partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri
Berdasarkan data awal yang diambi dari buku register posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, didapatkan data persentase partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu dari bulan Januari sampai Mei, pada bulan Januari persentase partisipasi sebanyak 48%, bulan Februari sebanyak 58,6%, bulan Maret 81,5%, pada bulan April 60,8% sedangkan pada bulan Mei 68,4%. Ternyata ada penurunan angka partisipasi yang cukup besar yaitu pada bulan Januari sebanyak 48%, bulan Februari 58,6%, dan pada bulan April sebanyak 60,8%. Disamping itu dari 10 orang warga yang diwawancarai secara acak tentang peran dan fungsi Posyandu, didapatkan sebagian besar tidak mengetahui program kerja yang dimiliki Poyandu serta jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh Posyandu. Dari kelima posyandu tersebut kegiatan yang selama ini dilakukan adalah pemeriksaan tumbuh kembang balita (penimbangan) dan pemeriksaan ibu hamil.
Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung ke Posyandu, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mau berkunjung ke Posyandu. Faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mau berkunjung ke Posyandu bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor Predisposisi) dan dari luar orang itu sendiri (faktor Pemungkin dan faktor Penguat). Salah satu faktor Predisposisi adalah pengetahuan. Faktor pengetahuan masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan status kesehatan seseorang, sedangkan pengetahuan masyarakat yang buruk dapat menyebabkan kegagalan dalam peningkatan status kesehatannya.
Dari data statistik kelurahan Mulyaharja sebagian besar masyarakatnya berpendidikan tamatan SD, (data bulan Desember 2005 87% lulus SD, 11% lulus SLTP dan 2% lulus SLTA dan Perguruan Tinggi.
Menurut Drs. Kodyat, MPA (1996:32), dalam kegiatan Posyandu terdapat bermacam kegiatan kesehatan mulai dari pemeriksaan tumbuh kembang balita, sampai penyuluhan tentang penatalaksanaan diare. Disamping kegiatan diatas, peran Posyandu mencakup rujukan pasien ke Puskesmas dan kunjungan rumah.

B.     Rumusan Masalah
Dalam penelitian saat ini, peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimana gambaran partisipasi ibu yang memepunyai balita dalam mengukiti kegiatan posyandu.
2.      Berapa rata-rata usia ibu yang mempunyai balita yang mengikuti kegiatan posyandu

C.     Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu di wilayah RW IV Kelurahan Pasir Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor
2.    Tujuan Khusus
a.         Untuk mengetahui gambaran partisipasi ibu balita yang mengikuti kegiatan posyandu
b.         Untuk mengetahui berapa rata-rata usia ibu balita dalam mengikuti posyandu

D.    Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang angka partisipasi ibu yang mempunyai balitadalam mengikuti Posyandu.
2.    Bagi Puskesmas
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Puskesmas sebagai fasilitator Posyandu dalam meningkatkan mutu pelayanan Posyandu terutama dalam memotivasi kunjungan masyarakat.
3.    Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Diharapkan penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian sejenis dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita semua.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Teori
1. Pengertian Partisipasi
Pengertian partisipasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan.
Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro, 1995:77).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil. (PTO PNPM PPK, 2007:34).
Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003:35) menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson dalam Mardikanto (1994:40) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari.
Partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.
Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.
Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto adalah proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia.
a.    Tipologi Partisipasi
Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat serngkali terhambat oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat juga disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam tipologi partisipasi masyarakat yaitu :
1)      Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik masyarakat diberitahu apa yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksaan proyek tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.
2)      Partisipasi Informatif memilki kararkteristik dimana masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian dan akuarasi hasil penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.
3)      Partisipasi konsultatif dengan karateristik masyaakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, tidak ada peluang pembuatan keputusan bersama, dan para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagi masukan) atau tindak lanjut
4)      Partisipasi intensif memiliki karakteristik masyarakat memberikan korbanan atau jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah. Masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajan atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan asyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan.
5)      Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik masyarakat membentuk kelompok untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada keptusan-keputusan utama yang di sepakati, pada tahap awal masyarakat tergantung terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya.
6)      Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana masyarakat berperan dalam analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman prespektik dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sisteatis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-keputusan merek, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegitan.
7)      Self mobilization (mandiri) memiliki karakter masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebabas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai-niloai yang mereka miliki. Masyarakat mengambangkan kontak dengan lembaga-lemabaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan sumberdaya yang diperlukan. Masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.
b.    Tahap-Tahap Partisipasi
Uraian dari masing-masing tahapan partisipasi adalah sebagai berikut :
1)   Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan
Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001
:55).
2)   Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan
Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup merumusan tujuan, maksud dan target. Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang baru adalah mengakui adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam mengontrol dan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang dapat diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini, peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu, sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan .
3)   Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya) yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto,2001
:55).
4)   Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto, 2001:56).
5)   Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan dating
.  (Mardikanto, 200:56)
c.    Tingkat Kesukarelaan Partisipasi
Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan sebagai berikut:
1)      Partisipasi spontan, yaitu peran serta yang tumbuh karena motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.
2)      Partisipasi terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar; meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi.
3)      Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peran serta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.
4)      Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.
5)      Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peran serta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan.
d.   Syarat tumbuh partisipasi
Margono Slamet (1985:98) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:
1)   Kemauan
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:
a)   Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.
b)   Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.
c)   Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas sendiri.
d)  Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan pembangunan.
e)   Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.
2)   Kemampuan
Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu antara lain adalah:
a)   Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.
b)   Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
c)   Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki.

3)   Kesempatan
Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:
a)   Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan.
b)   Kesempatan untuk memperoleh informasi.
c)   Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumber daya.
d)  Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.
e)   Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.
f)    Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
2.    Konsep Prilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku.  Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003:114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S-O-R”atau Stimulus-Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
a.    Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
b.    Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

1)      Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a)    Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b)    Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2)      Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a)   Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
b)   Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007:139)

3)      Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni. 
a)   Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.
b)   Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c)   Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d)  Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e)   Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). ( Notoatmodjo, 2003:122)



B. Pengertian Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari Puskesmas yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. (DEPKES RI,1989:2).
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). (Nasrul Efendi, 1998:268)
Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, forum alih teknologi, serta forum pelayanan kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini, sebagai pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehetan dan kaluarga berencana yang dikelola serta diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (Wahid Iqbal M dan Nurul C, 2009:46)
Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan.

1.         Tujuan Posyandu
a.    Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.
b.    Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
c.    Mempercepat penerimaan NKKBS.
d.   Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan – kegiatan lainyang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
e.    Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi.
f.     Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih tehnologi untuk swakelola usaha – usaha kesehatan masyarakat.
2.         Sasaran Posyandu
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah :
a.          Bayi yang berusia kurang dari satu tahun
b.         Anak balita usia 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun
c.          Ibu hamil
d.         Ibu menyusui
e.          Ibu nifas
f.     Wanita usia subur


3.         Kegiatan Posyandu
a.         Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu)
1)    Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2)    Keluarga Berencana
3)    Imunisasi
4)     Peningkatan Gizi
5)    Penatalaksanaan Diare
b.         Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu)
1)    Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2)    Keluarga Berencana
3)    Imunisasi
4)    Peningkatan Gizi
5)     Penatalaksanaan Diare
6)    Sanitasi Dasar
7)    Penyediaan Obat Esensia
4.         Pelayanan kesehatan yang dijalankan Posyandu
a.         Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
1)    Penimbangan bulanan
2)    Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang
3)    Imunisasi bayi 3-14 bulan.
4)    Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.
5)    pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
b.         Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
1)   Pemeriksaan kesehatan umum
2)   Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3)    Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah.
4)    Imunisasi TT untuk ibu hamil
5)    Penyuluhan kesehatan dan KB
6)    Pemberian alat kontrasepsi KB
7)   Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare
8)   Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
9)   Pertolongan pertama pada kecelakaan.
5.         Syarat Posyandu
a.    Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
b.    Terdiri dari 120 kepala keluarga
c.    Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
d.   Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh.


6.         Faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Ibu yang mempunyai Balita dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu.
a.         Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya
b.         Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
c.         Pekerjaan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

C. Kerangka Teori
Text Box: Pendidikan
Text Box: Pekerjaan
 







Keterangan : Variabel yang diteliti adalah partisipasi





BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN


A.    Kerangka Konsep
Text Box: Gambaran partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu
 




Peneliti mengangkat gambaran partisipasi ibu karena adanya penurunan partisipasi ibu dalam mengikuti posyandu. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui seberapa besar partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti posyandu. Hal inilah yang memberi inspirasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Partisipasi Ibu yang Mempunyai Balita dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu di Wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni Tahun 2010



B.     Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1
Partisipasi
kehadiran, kedatangan dan peran serta ibu yang       mempunyai balita dalam mengikuti posyandu
Lembar observasi
(Ceklist)
Observasi
Baik jika 60%-100%
Buruk jika < dari 60%
Ordinal











BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN


A.     Desian Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang urgen terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematik dan lebih menekankan pada fakta faktual dari pada penyimpulan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:55).
Desian penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan design deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena ini bisa berupa bentuk aktivitas antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya. (Sukmadinata, 2006:72)
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha  mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung atau kecenderungan yang tengah berlangsung. (Furchan 2004:447) menjelaskan bahwa penelitian adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status sesuatu gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik seperti yang dikemukakan Furchan ( 2004:447 ) bahwa 1). Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat, 2). Tidak ada perlakuan yang diberikan / dikendalikan, 3). Tidak ada uji hipotesis.      

B.     Waktu dan Tempat
Tempat penelitian dilakukan di Posyandu wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, penelitian dilakukan selama satu hari, mulai 12 Juni 2010.

C.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Ibu yang mempunyai balita ( bayi dibawah lima tahun ) yang berada di wilayah posyandu Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.
2.      Sampel
Ibu yang mempunyai balita ( bayi dibawah lima tahun ) yang berada di posyandu wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan, cara pengambilan sampel dengan menggunakan total populasi.
3.      Jumlah
Jumlah sampel adalah 92 responden (total populasi).
4.      Kriteria :
a.    Inklusi
             Ibu yang mempunyai balita di wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.
b.   Eklusi
             Ibu yang mempunyai balita di wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, namun pada saat dilakukan penelitian ibu maupun balita yang berada di wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor sedang sakit sehingga tidak dapat mengikuti posyandu.

D.    Pengumpulan Data
Data yang didapat dikumpulkan dalam pedoman observasi.

E.     Pengolahan Data
Data yang terkumpul melalui wawancara dan observasi diolah dan dipisahkan antara jumlah responden yang berpartisipasi dan tidak berpartisipai dalam kegiatan posyandu melalui proses :


1.         Data coding
Pengkodean yaitu langkah yang diambil untuk memberi kode setiap responden dan lembar observasi agar memudahkan pengolahan data.
2.         Data editing
Yaitu langkah yang diambil untuk melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keragaman data.
3.         Data file
Yaitu pengelompokkan data dalam suatu bentuk table menurut sifat, yang dimiliki sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi dan table distribusi frekuensi.
4.         Data entire
Proses memasukkan data dari instrument penelitian untuk pengolahan selanjutnya yang dilakukan dengan menggunakan software program computer yang sesuai.
5.         Data cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri, dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti

F.      Analisa Data
Data dianalisa dengan menggunakan analisa univariat. Anlisa univariat yaitu menganalisa satu variabel untuk mengetahui gambaran angka partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu di wilayah RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor bulan Juni tahun 2010. Kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk presentase. Dari 92 sample yang diteliti dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :
1.   Kategori partisipasi baik
2.   Kategori partisipasi buruk









BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pengambilan data pada sampel dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2010 di Posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, pukul 09.00 WIB dan sampai dengan pukul 12.00 WIB. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengobservasi partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegitan posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor dengan total populasi yang dijadikan sample. Hasil dari pengambilan data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisa. Hasil data ditampilkan dalam bentuk tabel.

A.    Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini untuk mengetahui gambaran partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu di RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor pada bulan Juni 2010, dengan jumlah responden sebanyak 92 responden. Dalam pembahasan ini, akan dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut :



Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Partisipasi Ibu yang Mempunyai Balita
dalam Mengikuti  Kegiatan Posyandu RW IV Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni Tahun 2010 (n=92)
Partisipasi
Frekuensi
Persentase (%)
Datang
65
70,65
Tidak Datang
27
29,34
Jumlah
92
100

Interpretasi
Dari tabel 5.1 menunjukan bahwa partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti posyandu di RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni 2010 sebanyak 65 orang (70,65%) dan yang tidak mengikuti partisipasi dalam kegiatan posyandu sebanyak 27 orang (29,34%). Hal ini menunjukan bahwa partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita di wilayah RW IV sudah baik.



Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pendidikan Terakhir Ibu yang Mempunyai Balita yang Berpartisipasi dan yang tidak  Berpartisipasi dalam  Kegiatan Posyandu RW IV Kel. Mulyaharaja Kec. Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni Tahun 2010 (n=92)

Pendidikan
Datang
Persentasi (%)
Tidak Datang
Persentase (%)
Tidak Sekolah
2
3,07
0
0
SD/Sederajat
27
41,53
14
51,85
SMP/Sederajat
26
40
9
33,33
SMA/Sederajat
10
15,38
3
11,11
D III
0
0
1
3,70
Jumlah
65
100
27
100

Interpretasi
Dari tabel 5.2 diatas menunjukan karakteristik pendidikan terakhir ibu yang mempunyai balita yang berpartisipasi dan yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor. Ibu-ibu yang mempunyai balita yang paling banyak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu adalah ibu-ibu yang berpendidikan terakhir SD sebanyak 27 orang (41,53%) dari 65 orang ibu-ibu yang datang ke posyandu, dan yang paling sedikit datang bahkan tidak ada dari ibu-ibu yang pendidikan terakhir DIII (0%). Sedangkan ibu-ibu yang paling banyak tidak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu adalah dari ibu-ibu yang berpendidikan SD sebanyak 14 orang (51,85%) dari 27 orang yang tidak datang ke posyandu, sedangakn ibu-ibu yang latar belang pedidikannya DIII yang paling sedikit tidak hadir sebanyak 1 orang (3,70%) dari 27 orang ibu yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu di RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni 2010.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Rata-Rata Usia Ibu yang Mempunyai Balita
 yang Berpartisipasi maupun yang tidak Berpartisipasi dalam Kegiatan Posyandu di RW IV Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan Kota Bogor
Bulan Juni Tahun 2010 (n=92)





Usia (Tahun)
Datang
Persentase (%)
Tidak Datang
Persentase (%)
< 20
0
0
0
0
20-30
42
64,61
23
85,18
>30
23
35,38
4
14,81
Jumlah
65
100
27
100



Interpretasi
Dari tabel 5.3 diatas menunjukan karakteristik rata-rata usia ibu yang mempunyai balita yang berpartisipasi maupun yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu,  ibu-ibu yang paling banyak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu  rata-rata usianya antara 20-30 (64,61%) dari 65 ibu-ibu yang datang ke posyandu sedangkan yang paling sedikit berpartisipasi dalam kegiatan posyandu rata-rata usianya < 20 tidak ada yang hadir. Sedangkan yang paling banyak tidak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu rata-rata usianya antara 20-30 sebanyak 23 orang (85,18) dari 27 orang yang tidak datang ke posyandu, dan yang paling sedikit tidak bahkan tidak ada yang datang berasal ibu–ibu yang berusia <20 tahun.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Menurut RT Ibu-Ibu yang mempunyai Balita berasal Baik yang Berpartisipasi Maupun tidak Berpartisipasi dalam Kegiatan Posyandu di Wilayah RW IV Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan Kota Bogor Bulan Juni Tahun 2010 (n=92)
RT/Partisipasi
Datang
Tidak Datang
RT 01
10
0
RT 02
7
1
RT 03
26
13
RT 04
22
13
Jumlah
65
27

Interpretasi
Dari tabel 5.4 diatas menunjukan karakteritik menurut Rukun Tetangga (RT) ibu  yang mempunyai balita berasal/tinggal baik yang berpartisipasi maupun yang tidak berpartisipasi, ibu-ibu yang paling banyak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu berasal dari RT 03 yaitu sebanyak 26 orang (40%) dari 65 orang yang datang ke posyandu, sedangkan yang paling sedikit berpartisipasi beasal dari RT 02 yaitu sebanyak 7 orang (15,38%) dari 65 orang ibu yang datang ke posyandu. Sedangkan ibu-ibu paling sedikit datang berasal dari RT 03 dan 04 sebanyak 13 orang (48,14%) dari 27 orang ibu yang tidak datang ke posyandu, dan yang paling sedikit bahkan  hadir semua berasal dari RT 01.

B.     Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan tentang adanya kesenjangan data yang di dapatkan dari buku register posyandu pada bulan Januari sampai Mei dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan data awal yang didapat dari buku register posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor, didapatkan data persentase partisipasi ibu-ibu yang mempunyai balita dalam mengikuti kegiatan posyandu dari bulan Januari sampai Mei, pada bulan Januari persentase partisipasi sebanyak 48%, bulan Februari sebanyak 58,6%, bulan Maret 81,5%, pada bulan April 60,8% sedangkan pada bulan Mei 68,4%. Ternyata ada penurunan angka partisipasi yang cukup besar yaitu pada bulan Januari sebanyak 48%, bulan Februari 58,6%, dan pada bulan April sebanyak 60,8%. Terjadi peningkatan darihasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni 2010 terjadi peningkatan yaitu dari 92 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah RW IV  sekitar 65 orang (70,65%) berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang dilakuan di RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor pada bulan Juni 2010.
Peningkatan yang terjadi pada partisipasi ibu yang mempunyai balita dalam kegiatan posyandu pada bulan Juni mungkin ada beberapa faktor yang menyebabkan angka peningkatan partisipasi tersebut, diantaranya adalah masyarakat mulai sadar akan pentingnya posyandu akan pencegahan penyakit pada balita dan ibu hamil. Selain itu juga ada faktor yang mempengaruhi meningkatnya angka partisipasi adalah faktor cuaca, pada waktu penelitaian dilakukan tidak terjadi hujan jadi ibu-ibu yang mempunyai balita sebagian besar datang ke posyandu RW IV Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor.

C.    Keterbatasan Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang optimal, peneliti telah melakukan berbagai upaya dalam pelaksanaan penelitian ini. Kendati demikian masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan, sehingga membuat penelitiaan ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut :
  1. Peneliti belum pandai membuat instrument penelitian berupa lembar observasi yang menjadi alat untuk pengukuran sampel, dan belum dilakukan uji coba lembar observasi sebelum penelitian itu dilakukan.
  2. Data yang terkumpul lewat observasi dan catatan lapangan sangat terbatas.

INFO KESEHATAN © 2008. Design by :vio Templates Sponsored by: gold bola